Kata الجُمُعَةُ secara Bahasa dibaca dengan dua cara, dengan mendhommahkan huruf mim الجُمُعَةُ dan dengan mensukunkan huruf mim الجُمْعَةُ. Dinamakan الجُمُعَةُ karena لِاجتِمَاعِ النَّاسِ manusia berkumpul untuk berdzikir kepada Allah untuk melaksanakan sholat jum’at[1]. Surah ini dinamakan dengan surat الجُمُعَة karena dalam surat ini dibahas tentang sholat jum’at dan para ulama juga membahas tentang fikih yang berkaitan dengan sholat jum’at dalam tafsir surah jumu’ah ini[2]. Surah Al-Jumu’ah adalah surah Madaniyah karena turun setelah Nabi ﷺ berhijrah. Dan ini adalah pendapat mayoritas ulama [3]. Terdapat pula pendapat dari segelintir ulama yang mengatakan bahwa surah Al-Jumu’ah adalah surah Makkiyah akan tetapi dibantah karena isi surah Al-Jumuah menunjukkan nuansa madaniyah[4], misalnya dalam surah tersebut disebutkan bahwa Nabi ﷺ berkhutbah sholat jum’at yang mana hal tersebut tidak pernah Nabi ﷺ lakukan di pula bahwa sebagian orang pergi meninggalkan Nabi ﷺ ketika sedang berkhutbah. Selain itu dalam surah ini disebutkan pula mengenai orang – orang munafik yang mana mereka belum ada ketika Nabi ﷺ di Makkah mereka baru muncul ketika Nabi ﷺ di kota Madinah. Contoh lain terdapat riwayat dari abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa beliau berkata كُنَّا جُلُوساً عِندَ النّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ حِينَ أُنزِلَت سُورَةُ الجُمُعَةِ “ Kami sedang duduk tatkala turun kepada Nabi ﷺ surah Al-jumuah”[5], Dan kita tahu bahwasanya Abu Hurairah radhiyallahu anhu perowi hadist ini beliau tidak masuk islam kecuali tatkala Nabi ﷺ sudah berhijrah, beliau bergabung bersama Nabi ﷺ setelah perang khoibar atau sekitar tahun 7 hijriyah yang menunjukkan bahwasanya surat Al-Jumu’ah adalah surah madaniyah. Dan ini membantu kita untuk memahami nuansa surah tersebut, karena kalau kita katakan surah tersebut adalah surah Makkiyah kita tahu bahwasanya audience-nya adalah orang-orang kafir Quraisy maka dari itu nuansa surah makkiyah biasanya berkaitan tentang iman kepada hari akhirat, iman kepada Al-qur’an, iman kepada Rasulullah ﷺ . Adapun surah Madaniyah audience-nya adalah para sahabat, sehingga biasanya isi dan nuansanya berkaitan tentang fikih dan masalah yang berkaitan tentang hukum-hukum, sebagaimana nampak pada surah Al-jumuah ini. Hari jum’at adalah hari yang spesial bagi umat islam, hari tersebut adalah اَلْعِيدُ الأُسْبُوعِي yaitu hari raya pekanan. Kita tahu bahwasanya dalam islam terdapat hari raya tahunan yaitu Idul fitri dan Idul adha dan adapula hari raya pekanan yaitu hari jum’at. Dalam Sohih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ “Hari yang terbaik dimana matahari terbit di hari itu adalah hari jum’at, pada hari tersebut Adam diciptakan dan pada hari tersebut beliau dimasukkan ke surga dan pada hari itu pula beliau dikeluarkan dari surga, dan tidak akan tegak hari kiamat melainkan pada hari jum’at”[6]. Dalam hadist yang lain Nabi ﷺ نَحْنُ الْآخِرُونَ الْأَوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَنَحْنُ أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ، بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا، وَأُوتِينَاهُ مِنْ بَعْدِهِمْ، فَاخْتَلَفُوا، فَهَدَانَا اللهُ لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ، فَهَذَا يَوْمُهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ، هَدَانَا اللهُ لَهُ – قَالَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ – فَالْيَوْمَ لَنَا، وَغَدًا لِلْيَهُودِ، وَبَعْدَ غَدٍ لِلنَّصَارَى “Kita adalah umat terakhir, namun pertama pada hari kiamat. Kitalah yang pertama kali akan masuk surga. Walaupun mereka mendapatkan kitab suci sebelum kita dan kita mendapatkan kitab suci setelah mereka[7], lantas mereka berselisih dan Allah tunjukkan kepada kita kebenaran dalam hal yang mereka perselisihkan. Inilah hari mereka, yang mereka berselisih padanya, Allah telah tunjukkan kepada kita, yaitu hari Jum’at. Maka hari tersebut adalah hari kita, dan esoknya harinya orang-orang yahudi, dan lusa adalah harinya orang-orang nasrani”[8]. Ini adalah Muqoddimah tafsir surah Al-Jumuah, dan kita tahu bahwasanya hari jum’at adalah hari raya kaum muslimin tidak sama dengan hari raya umat-umat lain. kaum muslimin meskipun hari raya, pasti terdapat ibadahnya. Karenanya Idul Fitri dibuka dengan sholat begitu pula idul Idul Adha dibuka juga dengan sholat dan hari jum’at juga terdapat sholat jum’at, sehingga hari raya bukan sekedar hari untuk bersenang-senang akan tetapi masih terkontrol dan ingat Allah ﷻ, berbeda dengan hari raya umat lain dimana mereka berfoya-foya dan menghambur-hamburkan uang dan tidak mengingat tuhan mereka kecuali hanya sedikit. Surat ini dibuka dengan firman Allah ﷻ يُسَبِّحُ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ “Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah. Maharaja, Yang Mahasuci, Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana”. QS-AL-Jumu’ah ; 1 Kata يُسَبِّحُ disini dalam bahasa arab datang dengan fi’il mudhori’ kata kerja yang menunjukkan arti sedang atau akan. Surah yang diawali dengan kata yang mengandung makna tasbih dalam Al-Qur’an dinamakan oleh para ulama dengan اَلْمُسَبِّحَات “Al-Musabbihat”[9]. Al-Musabbihat dalam Al-Qur’an jumlahnya ada lima, ada yang dibuka dengan Fi’il Madhi kata kerja bentuk lampau seperti dalam surah Al-Hadid, Al-Hasyr dan As-Shaff ada juga yang dibuka dengan Fi’il mudhori’ seperti surah Al-Jumu’ah dan surah At-Taghaabun. Demikian juga ada 2 surat yang lain yang mirip dengan musabbihaat hanya saja tidak dibukan dengan Fiíl, yaitu yang pertama surah Al-Israa’ yang dibuka dengan mashdar asal kata, dan yang kedua surah Al-A’la yang dibuka dengan fi’il Amr kata kerja bentuk perintah. Adapun Fi’il Mudhori’ mengandung makna berkesinambungan[10], dimana dalam firman Allah ﷻ يُسَبِّحُ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ Maknanya “ Sedang bertasbih kepada Allah semua yang ada dilangit dan di bumi”. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِه وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّه كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun”. QS Al-Israa’ ; 44 التَسْبِيحُ artinya adalah التَنْزِيهُ yaitu mensucikan Allah[11]ﷻ, sebagian ulama mengatakan التَسْبِيحُ artinya الإِبعَادُ yaitu menjauhkan Allah dari semua yang buruk[12], sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin dari kalangan nasrani ketika mengatakan Allah memiliki anak laki-laki yaitu Nabi Isa dan keyakinan yahudi Allah memiliki anak laki-laki yang bernama Uzair dan keyakinan orang-orang musyrikin bahwa Allah memiliki anak perempuan seperti malaikat atau sesembahan mereka seperti Laata, Uzza dan Manaath disebut juga sebagai putri-putri Allah ﷻ, atau perkataan mereka bahwasanya Allah beristirahat pada hari sabtu atau sebagaimana yang tercantum dalam kitab suci mereka bahwasanya Allah menyesal atau sedih misalnya, ini semua tidak pantas bagi Allah ﷻ. Maka Allah ﷻ ajarkan kepada kita untuk men-tasbih Allah dari berbagai hal yang merupakan cercaan, celaan dan kekurangan bagi Allah ﷻ karena Allah ﷻ Maha sempurna dalam segala hal. Firman Allah ﷻ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ “Maharaja, Mahasuci, Mahaperkasa, Mahabijaksana” Ini semua adalah sifat-sifat Allah yang mana masing-masing memiliki makna yang indah. الْمَلِكِ Sang raja atau Sang penguasa yang menguasai alam semesta, إِنَّ الحَمْدَ وَالنِّعمَةَ لَكَ وَالمُلكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ “Sesungguhnya segala pujian segala kenikmatan dan segala kerajaan hanya milik-Mu tiada sekutu bagi-Mu”[13]. Pada hari kiamat kelak Allah akan bertanya, “أَنَا المَلِكُ أَينَ مُلُوكُ الأَرضِ” “Akulah Raja, dimanakah raja-raja dunia?”[14] semua raja-raja dunia pada hari kiamat kelak tidak berdaya, tidak memiliki kekuasaan. Kata Allah ﷻ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ۗ لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ “Milik siapakah kerajaan pada hari ini?” Milik Allah Yang Maha Esa, Maha Mengalahkan. QS Ghafir ; 16 Kemudian الْقُدُّوْسِyaitu yang Maha suci sama maknanya dengan yang penulis jelaskan tentang tasbih, adapun الْعَزِيْزِ maknanya Maha perkasa. الْحَكِيْمِ maknanya dua bisa ذُو الحِكمَةِ Yang memiliki hikmah karena setiap yang Allah kerjakan pasti ada hikmahnya apa yang Allah taqdirkan pasti ada hikmahnya, tidak mungkin Allah melakukan sesuatu dengan sia-sia bahkan Allah menciptakan iblispun ada hikmahnya kalau penciptaan iblis ada hikmahnya lantas bagaimana dengan yang selainnya?. Makna yang kedua ذُو الحُكْمِ Yang memiliki hukum, Allah lah yang memiliki hukum dan hanya hukum Allah lah yang berlaku di alam semesta ini, ada hukum kauny dan ada hukum syar’i[15]. Setelah Allah memuji dirinya Allah ﷻ diawal surah Al-Jumu’ah lalu Allah ﷻ menyebutkan nikmat yang Allah ﷻ berikan kepada orang-orang arab dan juga orang ajam non arab dengan diutusnya seorang Rasul yang sangat mulia. Allah ﷻ berfirman هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِي الْاُمِّيّنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِه وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ “Dialah yang mengutus kepada orang-orang arab seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah Sunnah, meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. QS Al-Jumu’ah ; 2 اَلْأُمِّيِينَ adalah orang-orang arab, kalau diartikan dalam terjemahan Al-Qur’an kita adalah orang-orang yang buta huruf[16]. Kenapa disebut buta huruf karena Nabi ﷺ pernah menyebutkan إنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ، لاَ نَكْتُبُ وَلاَ نَحْسُبُ “kami adalah umat yang Ummy yang tidak menulis dan tidak berhitung”[17]. Penisbatan kepada kata الأُم yang artinya Ibu dikarenakan ketika lahir dari perut ibu seseorang tidak bisa membaca dan menulis[18], ada juga pendapat yang mengatakan bahwasanya ummy adalah orang-orang arab terdahulu sebelum datangnya ilmu mereka tidak bisa baca dan tulis, maka penyebutan اَلْأُمِّيِينَ disini secara umum kembali kepada orang-orang Arab karena mereka yang disebut sebagai أُمَّةٌ أُمِّيَّة [19] , karena dizaman tersebut orang orang Persia dan Romawi mereka sudah pandai membaca yaitu zaman ketika Nabi ﷺ diutus kepada orang-orang Arab. Tentu dikalangan orang-orang terdapat orang-orang yang pandai baca tulis akan tetapi secara umum mereka tidak bisa baca tulis karena mereka adalah umat yang bersandar kepada hafalan, mereka belajar dengan melihat menghafal dsb. Allah utus Nabi Muhammad ﷺ dari mereka bukan dari kaum yang lain, disini Allah sedang menyebut nikmat – nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang Arab tatkala itu. Utusan Allah tersebut membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, menunjukkan bahwasanya diantara tujuan para Rasul diutus adalah untuk membacakan ayat-ayat Allah ﷻ dan untuk mensucikan mereka dari kesyririkan dari kerusakan akhlaq dan yang lainnya. Sebagaimana dalam hadist, Nabi ﷺ diutus tatkala manusia benar-benar di dalam kegelapan, kata Nabi ﷺ وإِنَّ اللهَ نَظَرَ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ، فَمَقَتَهُمْ عَرَبَهُمْ وَعَجَمَهُمْ، إِلَّا بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ “Sesungguhnya Allah melihat kepada penduduk bumi kemudian murka kepada mereka, baik Arab atau non Arab, kecuali seglintir ahli kitab yang tersisa”[20]. Zaman tersebut adalah zaman ketika Nabi ﷺ akan diutus, zaman tersebut penuh dengan kegelapan baik di Arab apalagi diluar Arab di Romawi di India dan di persia semua dalam kerusakan bahkan di dalam puncak kerusakan. Manusia benar-benar didalam kegelapan maka Allah berikan cahaya kepada mereka dengan diutusnya Nabi ﷺ. Oleh karena itu diantara fungsi diutusnya Nabi ﷺ adalah mensucikan mereka dari segala kerusakan, baik Aqidah maupun moral. Kita bisa dapati dalam siroh sejarah bagaimana rusaknya moral orang-orang Arab tatkala itu sampai-sampai khomr menjadi minuman kebanggaan mereka. Kalau kita lihat ada sebuah buku yang namanya Abyat khomriyah yang berisi syair-syair tentang khomr banyak sekali, karena dahulu mereka menganggap orang yang suka minum khomr adalah orang yang berhasil, sehingga mereka bangga ketika mampu membuat syair tentang khomr, disitu mereka sebutkan tentang khomrnya warna khomrnya tentang cawannya tentang berbagai macam hal yang berkaitan dengan khomr. Bahkan ada yang bangga bisa bangkrut gara-gara minum khomr yang mana menunjukkan betapa rusaknya manusia pada waktu itu. Diantara tugas Rasul ﷺ juga adalah mengajarkan Al-Kitab yaitu Al-Qur’an dan Al-Hikmah yaitu Assunnah kepada umatnya dimana waktu itu mereka berada didalam kesesatan yang nyata. وَّاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُۙ “Dan juga kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka orang-orang Arab. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana”. QS Al-Jumu’ah ; 3 Ayat ini adalah dalil bahwasanya Rasulullah ﷺ diutus bukan untuk orang Arab saja, akan tetapi untuk semua manusia karena makna الأُمِّيِينَ pada ayat sebelumya adalah orang-orang arab sebagaimana telah dijelaskan sementara dalam ayat ini disebut اٰخَرِيْنَ, yaitu Nabi juga diutus untuk non Arab. Dalam sohih Bukhori dan muslim dari hadist Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata, كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ نَزَلَتْ عَلَيْهِ سُورَةُ الْجُمُعَةِ فَلَمَّا قَرَأَ وَّاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُۙ قَالَ رَجُلٌ مَنْ هَؤُلَاءِ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَلَمْ يُرَاجِعْهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى سَأَلَهُ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا قَالَ وَفِينَا سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ قَالَ فَوَضَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ عَلَى سَلْمَانَ ثُمَّ قَالَ لَوْ كَانَ الْإِيمَانُ عِنْدَ الثُّرَيَّا لَنَالَهُ رِجَالٌ مِنْ هَؤُلَاءِ. “Kami sedang duduk bersama Nabi ﷺ tiba-tiba turun surat Al-Jumu’ah, maka ketika beliau sampai pada ayat وَّاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوْا بِهِمْۗ “Dan juga kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka”, seseorang berkata “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” akan tetapi Nabi ﷺ tidak menjawabnya, sampai beliau ditanya dua atau tiga kali. Diantara kami ada Salman Al-Farisi”. Beliau kembali berkata, “ Maka Nabi ﷺ meletakkan tangan beliau diatas tangan Salman kemudian bersabda “ Kalau saja iman berada di bintang Tsuroyya niscaya akan mampu digapai oleh orang-orang dari mereka Persia”[21] Disini Nabi ﷺ memberikan penjelasan kepada para sahabatnya bahwa maksud وَّاٰخَرِيْنَ مِنْهُمْ adalah orang-orang selain Arab contoh nyatanya adalah Salman Al-Farisi yang waktu itu berada di tengah-tengah para sahabat dan beliau adalah orang Persia. Ini dalil bahwasanya Islam tidak hanya untuk orang-orang Arab tetapi untuk seluruh umat manusia bahkan untuk jin juga, Allah ﷻ berfirman وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ “Dan Kami tidak mengutus engkau Muhammad melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam”. QS Al-Anbiya’ ; 107 قُلْ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعًا ۨ “Katakanlah Muhammad, “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua”. QS Al-A’raf ; 158 Dalam hadist riwayat Jabir bin Abdillah disebutkan, أعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِي نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، وَجُعِلَتْ لِي الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، فَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلاَةُ فَلْيُصَلِّ، وَأُحِلَّتْ لِي المَغَانِمُ وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي، وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ، وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً ” “Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada orang sebelumku; aku ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka sejauh satu bulan perjalanan, dijadikan bumi untukku sebagai tempat sujud dan suci. Maka dimana saja salah seorang dari umatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat, dihalalkan pula untukku harta rampasan perang yang tidak pernah dihalalkan untuk orang sebelumku, aku juga diberikan hak syafa’at, dan para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia”[22]. Ini adalah dalil bahwasanya Agama yang Nabi ﷺ bawa bersifat universal, bukan agama orang Arab saja. Kita tahu bahwasanya semenjak awal islam sudah ada orang non Arab yang masuk islam diantaranya Bilal bin Robah dari Habasyah. Pada tahun 9 H Nabi ﷺ juga pernah mengirim surat kepada raja-raja, diantaranya raja Romawi Hiraklius dan raja Persia Kisro. Nabi ﷺ juga mengirim surat kepada raja Mesir Muqouqis agar mereka semua masuk Islam yang menunjukkan bahwasanya islam adalah agama yang universal. ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ “Demikianlah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki; dan Allah memiliki karunia yang besar”. QS Al-Jumu’ah ; 4 Ini adalah dalil bahwasanya Allah ﷻ memuliakan bangsa Arab dimana Allah ﷻ mengkaruniakan mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, maka ini adalah nikmat bagi bangsa Arab secara khusus dan nikmat bagi umat manusia secara umum. Dan orang- orang yang tidak beriman adalah orang yang tidak mendapatkan karunia dari Allah ﷻ. Kemudian Allah ﷻ menceritakan mengenai orang-orang yahudi, مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرٰىةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ اَسْفَارًاۗ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ “Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya tidak mengamalkannya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. QS Al-jumu’ah ; 5 Allah sebutkan perumpamaan tentang orang yahudi karena mereka tidak beriman kepada Nabi ﷺ. Disebutkan dalam sebagian buku tafsir tatkala Rasulullah ﷺ berdakwah maka orang-orang yahudi Madinah mengirim surat kepada orang-orang yahudi khoibar bertanya tentang Muhammad ﷺ, mereka berkata, “Jika kalian mengikutinya kami akan ikut, jika kalian menyelisihinya kami akan ikut pula” إِنِ اتَّبَعْتُمُوهُ أَطَعْنَاكُمْ، وَإِنْ خَالَفْتُمُوهُ خَالَفْنَاهُ، فَقَالُوا لَهُمْ نَحْنُ أَبْنَاءُ خَلِيلِ الرَّحْمَنِ، وَمِنَّا عُزَيْرٌ بن اللَّهِ وَالْأَنْبِيَاءُ، وَمَتَّى كَانْتِ النُّبُوَّةُ فِي الْعَرَبِ نَحْنُ أَحَقُّ بِهَا مِنْ مُحَمَّدٍ، وَلَا سَبِيلَ إِلَى اتِّبَاعِهِ Maka orang-orang yahudi Khoibar menjawab, “Kita adalah anak keturunannya Ibrahim kholilurrahman. Uzair anak Allah serta seluruh Nabi-nabi berasal dari golongan kita, maka sejak kapan ada nabi dari Arab? Kita lebih berhak dengan kenabian dari pada Muhammad, tidak ada jalan untuk mengikutinya!”[23]. Terdapat pula kisah yang sangat masyhur bahwasanya ketika Nabi ﷺ berhijrah dari Makkah ke Madinah tatkala sampai di Quba’ berangkatlah Huyyai bin Akhtob bapak dari Shofiyah dan saudaranya Abu Yasir bin Akhtob pamannya Shofiyah, mereka berdua bersemangat berangkat pagi-pagi pergi ke Quba’ untuk memastikan Muhammad ﷺ apakah dia Nabi sebagaimana yang dijelaskan dalam Taurat dan Injil? maka pulanglah mereka berdua pada sore harinya dalam keadaan letih lemah dan lesu. Pamannya Shofiyah ِ Abu Yasir bin Akhtob bertanya kepada saudaranya Huyyai bin Akhtob, “Apakah Muhammad itu adalah nabi sebagaimana yang disebutkan didalam Taurat?” kata Huyyai bin Akhtob, “Demi Allah dia adalah Nabi sebagaimana engkau tahu ciri-ciri dan sifatnya”, “lantas bagaimana engkau menyikapinya?” tanya pamannya shofiyah, kata Huyyai bin Akhtob عَدَاوَتُهُ وَاللهِ مَا بَقِيتُ!” ” “Demi Allah aku akan terus memusuhinya seumur hidupku!”[24]. Mereka tahu bahwasanya Muhammad ﷺ adalah Nabi yang diutus oleh Allah ﷻ. Oleh karenannya Allah mencela mereka dengan mengatakan اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَعْرِفُوْنَه كَمَا يَعْرِفُوْنَ اَبْنَاۤءَهُمْ ۗ “Orang-orang yang telah Kami beri Kitab Taurat dan Injil mengenalnya Muhammad seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri”. QS Al-Baqoroh ; 146. Allah menjelaskan pengenalan orang Yahudi terhadap Nabi ﷺ seperti mengenal anak mereka sendiri artinya mereka tahu tentang Nabi yang akan diustus secara mendetail, sebagaimana mereka tahu anak mereka secara mendetail bagaimana sifatnya, fisiknya, tempat mainnya, berteman dengan siapa saja. Oleh karenanya diantara sebab orang yahudi tinggal di Madinah karena mereka tahu Nabi terakhir akan berhijrah di kota Madinah, akan tetapi فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ مَّا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِه ۖ “Ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya”. QS Al-Baqoroh ; 89. Atas dasar inilah mereka disamakan dengan keledai karena mereka tidak mengamalkan isi Taurat. Mereka disamakan dengan keledai yang sedang memikul buku yang tidak tahu apa yang dia pukul. Ini adalah celaan dari Allah ﷻ yang mana seharusnya mereka tahu bahwa Muhammad ﷺ tidak diutus hanya untuk orang Arab saja bahkan diutus pula untuk mereka dan hal tersebut mereka ketahui termaktub dalam Taurat, akan tetapi mereka menutup mata atas kebenaran, sehingga mereka disamakan seperti keledai yang sedang memikul buku-buku. Bahkan sebagian ulama mengatakan mereka lebih buruk dari pada keledai seperti dalam firman Allah إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا “Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat jalannya”. QS Al-Furqon ; 44 Dikatakan lebih sesat karena orang yahudi memiliki pemahaman dan akal berbeda dengan keledai yang tidak punya akal dan tidak bisa membaca. Ini adalah perumpamaan yang sangat buruk yang Allah ﷻ berikan kepada orang – orang yahudi. Inilah kaitanya kenapa tiba-tiba Allah membahas tentang orang yahudi, dikarenakan setelah Allah menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ adalah nikmat bagi orang-orang Arab dan kepada seluruh umat manusia termasuk didalamnya orang-orang yahudi tapi mereka tidak mau beriman, mereka menganggap bahwa Nabi shallallahu álaihi wasallam yang berasal dari bangsa Arab tidak pantas untuk mereka imani. Semua itu karena sifat hasad yang ada pada diri mereka. Selanjutnya Allah berfirman قُلْ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ هَادُوْٓا اِنْ زَعَمْتُمْ اَنَّكُمْ اَوْلِيَاۤءُ لِلّٰهِ مِنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ Katakanlah Muhammad, “Wahai orang-orang Yahudi! Jika kamu mengira bahwa kamulah kekasih Allah, bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu orang yang benar.” QS Al-Jumu’ah ; 6 Setelah Allah memperumpamakan mereka dengan keledai, Allah perintahkan Nabi ﷺ untuk membantah mereka karena anggapan mereka bahwasanya mereka adalah الشَعْبُ المُخْتَارُ yaitu suku pilihan Allah ﷻ. Mereka mengangap bahwa mereka adalah yang terbaik. Mereka mengatakan ” نَحْنُ اَبْنٰۤؤُ اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُه ۗ” sebagaimana yang difirmankan Allah وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصٰرٰى نَحْنُ اَبْنٰۤؤُ اللّٰهِ وَاَحِبَّاۤؤُه ۗ Orang Yahudi dan Nasrani berkata, “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” QS Al-Maidah ; 18 Bahkan mereka menganggap bahwasanya kalau mereka mati pasti akan masuk surga, sebagaimana firman Allah ﷻ قُلْ اِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ عِنْدَ اللّٰهِ خَالِصَةً مِّنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ Katakanlah Muhammad, “Jika negeri akhirat di sisi Allah, khusus untukmu saja bukan untuk orang lain, maka mintalah kematian jika kamu orang yang benar.” QS Al-Baqoroh ; 94 Atas dasar ini mereka menganggap diri mereka spesial sehingga mereka tidak mau beriman kepada seorang Nabi berbabangsa Arab. Seandainya Muhammad ﷺ adalah seorang yahudi niscaya mereka langsung beriman. Mereka beranggapan bahwa konsekuensi dari umat terbaik dan suku terpilih melarang mereka untuk beriman dengan suku yang derajatnya lebih rendah dari mereka. Dari sini kita tahu bahwasanya manusia paling sombong di alam semesta adalah orang yahudi. Mereka menganggap bahwasanya semua makhluk yang diciptakan oleh Allah ﷻ adalah untuk melayani mereka. Kedudukan manusia lain bagi mereka bagaikan hewan akan tetapi diciptakan dalam bentuk manusia supaya bisa melayani orang-orang yahudi, ini adalah keyakinan mereka. Sehingga tidak ada halal dan haram antara yahudi dan non yahudi. Antara yahudi dan non yahudi tidak ada hukum dan peraturan yang berlaku. Bahkan asalnya semua harta yang ada di selain yahudi adalah milik yahudi boleh diambil dengan cara apapun dan semua ini tertulis dalam keyakinan mereka[25]. Maka Allah perintahkan Nabi-Nya ﷺ untuk membantah keyakinan mereka itu قُلْ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ هَادُوْٓا اِنْ زَعَمْتُمْ اَنَّكُمْ اَوْلِيَاۤءُ لِلّٰهِ مِنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ Katakanlah Muhammad, “Wahai orang-orang Yahudi! Jika kamu mengira bahwa kamulah kekasih Allah, bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu, jika kamu orang yang benar.” Ini adalah bantahan yang telak. Seandainya kita tahu bahwa jika kita mati pasti masuk surga maka untuk apa hidup setengah mati menanggung beban kehidupan? Maka tantangan yang mudah diberikan kepada mereka untuk minta mati namun tidak ada dari mereka yang berbuat demikian sebagaimana dalam firman selanjutnya, وَلَا يَتَمَنَّوْنَه اَبَدًاۢ بِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌۢ بِالظّٰلِمِيْنَ Dan mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim. QS Al-Jumu’ah ; 7 Mereka sadar bahwasanya mereka hina disisi Allah ﷻ sehingga mereka tidak berani untuk minta mati . Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi ﷺ ketika turun ayat ini beliau bersabda وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ تَمَنَّوُا الْمَوْتَ مَا بَقِيَ عَلَى ظَهْرِهَا يَهُودِيٌّ إِلَّا مَاتَ “Demi dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya jikalau mereka benar-benar mengharapkan kematian tidak ada yang tersisa di muka bumi seorang yahudi-pun melainkan akan mati”[26]. Akan tetapi mereka tahu bahwasanya ancaman Muhammad ﷺ adalah benar adanya dan mereka tahu nubuwat Muhammad ﷺ sehingga mereka tidak berani meminta kematian. Bahkan kenyataan yang ada pengakuan mereka tidak sejalan dengan prakteknya mereka adalah orang yang paling takut mati, sebagaimana disebutkan oleh Allah ﷻ وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِه مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ “Dan sungguh, engkau Muhammad akan mendapati mereka orang-orang Yahudi, manusia yang paling tamak akan kehidupan dunia, bahkan lebih tamak dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan”. QS Al-Baqoroh ; 96 Selanjutnya Allah berfirman قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّه مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” QS Al-Jumu’ah ; 8 Dalam firman Allah ﷻ فَاِنَّه مُلٰقِيْكُمْ “maka ia kematian akan menemuimu” secara susunan kalimat seakan-akan kurang pas apabila dikatakan “Sesungguhnya….maka” karena tidaklah dikatakan “maka” yang berfungsi sebagai jawaban suatu syarat kecuali didahului oleh kata “jika”, akan tetapi disini kita tidak dapati kata “jika” dan ini adalah salah satu uslub metode dalam bahasa Arab. Sebagian ulama menjelaskan bahwa maksudnya adalah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya jika kamu lari maka ia pasti menemui kamu”[27]. Sejauh apapun kita berlari dari kematian pasti kematian akan menjumpai kita sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ﷻ اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. QS An-Nisa ; 78. Siapa yang bisa menghindar dari kematian? Entah itu raja, presiden, jendral yang memiliki ribuan anak buah, meskipun ahli karate, ahli senjata ahli apapun itu jikalau kematian datang maka tidak akan ada yang mampu menghindar. Tidak sampai disini, ketika kematian menghampiri seseorang maka setelahnya ia akan dikembalikan kepada Allah ﷻ, oleh karena itu janganlah dikatakan bahwa kematian adalah peristirahatan terakhir. Bisa jadi kematian adalah awal dari siksaan, dan sebaliknya bisa jadi kematian adalah awal dari kenikmatan yang abadi. Setelah itu Allah ﷻ akan kabarkan kepada orang yang telah mati tentang seluruh amal yang pernah ia kerjakan di dunia. Sampai disini Allah ﷻ menyelesaikan pembahasan tentang orang-orang yahudi. Selanjutnya Allah berfirman tentang shalat jumát يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. QS Al-Jumu’ah ; 9 Korelasi antara ayat ini dengan ayat sebelumnya sebagaimana dijelaskan oleh para ulama bahwasanya orang yahudi mereka pasti akan mati meskipun mereka berusaha selamat dari kematian, pasti mereka akan mati dan setelah mati mereka akan binasa, oleh sebab itu janganlah kalian wahai para orang-orang yang beriman berperilaku seperti mereka semangatlah kalian dalam beribadah persiapkanlah diri kalian bertemu dengan negri akhirat, kalau diserukan untuk sholat jum’at maka bersegeralah menuju sholat jum’at[28]. Terdapat beberapa permasalahan fikih yang disebutkan oleh para ulama dalam ayat ini, misalnya sholat jum’at hanya wajib bagi yang mendengar seruan adzan jum’at[29]. Dalam hal ini di zaman dahulu ada yang berpendapat bahwasanya barang siapa yang tinggal jauh dari masjid sejauh 3 mil atau sekitar 5 km maka tidak wajib sholat jum’at karena waktu itu jarak paling jauh untuk adzan bisa didengar sekitar 5 km. Maka di zaman itu orang yang tinggalnya jauh tidak ada kewajiban atasnya untuk melaksanakan sholat jum’at. Hal ini bisa berlaku juga misalnya ketika ada seseorang yang tinggal di negara kafir dan tidak mendapati masjid melainkan berjarak jauh misal harus berjalan sekitar 20 km maka tidak wajib hukumnya melaksanakan sholat jum’at karena sholat jum’at hanya wajib bagi yang mendengar adzan. Namun jika berkeinginan untuk menunaikan sholat jum’at tersebut maka tidak mengapa akan tetapi hukumnya tidak wajib atasnya. Firman Allah ﷻ فاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ “maka bergegaslah untuk mengingat Allah sholat jum’at” dan kata السَّعْيُ pada ayat ini tidak bermakna lari akan tetapi maksudnya adalah bergegas dengan tetap tenang untuk segera melaksanakan sholat jum’at jangan sampai terlambat[30]. Dan kata ذِكْرِ اللّٰهِ ada yang berpendapat bahwa maknanya adalah khutbah jum’at[31]. Firman Allah ﷻ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ “Dan tinggalkanlah jual beli” menjelaskan bahwasanya ketika sudah dikumandangkan adzan adzan kedua bagi yang memilih pendapat dikumandangkan adzan jum’at dua kali untuk sholat jum’at maka hendaknya segera meninggalkan jual beli. Jika masih melakukan transaksi jual beli maka hukumnya haram dan apakah transaksi tersebut sah atau tidak? ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, ada yang mengatakan sah meskipun berdosa dan adapula yang mengatakan tidak sah karena Allah ﷻ melarang jual beli tatkala dikumandangkan adzan jum’at[32]. Adapun orang yang tidak berkewajiban untuk menunaikan sholat jum’at seperti musafir, wanita, orang sakit atau budak maka boleh untuk melakukan jual beli. فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung. QS Al-Jumu’ah ; 10 Ayat ini menjelaskan bahwasanya tatkala sholat jum’at sudah selesai berarti kewajiban sudah selesai dan masih banyak waktu setelahnya untuk mencari karunia Allah yang berupa rizqi. Namun ditengah kesibukan tersebut kita diminta untuk senantiasa banyak mengingat Allah. Meskipun seseorang sedang berdagang misalnya maka jangan sampai melupakan dzikir petang, ketika datang waktu sholat ashar maka hendaknya dia segera tunaikan, ketika tiba waktunya untuk membaca Al-Qur’an maka hendaknya dia membaca Al-Qur’an setelah itu tidak mengapa untuk sibuk berdagang. Dalam sebuah hadist disebutkan وَرَجُلٌ قَلبُهُ مُعَلَّقٌ باِلمسَاجِد yaitu “Seorang lelaki yang hatinya senantiasa terikat dengan masjid”[33], artinya dia sedang tidak ada di masjid, dia sedang ada kesibukan namun hatinya senantiasa merindukan masjid, rindu kapan dikumandangkan adzan agar bisa pergi ke masjid. وَاِذَا رَاَوْا تِجَارَةً اَوْ لَهْوًا ۨانْفَضُّوْٓا اِلَيْهَا وَتَرَكُوْكَ قَاۤىِٕمًاۗ قُلْ مَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِۗ وَاللّٰهُ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ ࣖ Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau Muhammad sedang berdiri berkhotbah. Katakanlah, “Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik. QS Al-Jumu’ah ; 11 Disebutkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu [34] bahwasanya tatkala itu Nabi ﷺ pernah berkhutbah di kota Madinah yang pada waktu itu sedang dilanda kelaparan dan kenaikan harga. Tiba-tiba datanglah Dihyah Al-kalbi dari Syam dengan membawa gandum dan barang-barang yang dibutuhkan penduduk Madinah maka orang-orangpun meninggalkan Nabi ﷺ yang sedang berkhutbah dan berbondong-bondong menuju kafilah dagang tersebut. Hanya sedikit saja yang tersisa. Para ulama berbeda pendapat mengenai berapa jumlah orang yang tersisa, ada yang mengatakan 12 orang ada yang mengatakan 13 orang dan ada juga yang mengatakan 40 orang. Dalam riwayat yang mursal disebutkan bahwa diantara 12 orang tersebut ada العَشرَةُ المُبَشَّرِينَ باِلجَنَّةِ “Sepuluh orang yang dikabarkan akan masuk surga” yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Az-Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid, Abu Ubaidah Al-Jarrah, dan Thalhah bin Ubaidillah kemudian Bilal dan Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhum[35]. Firman Allah ﷻ وَتَرَكُوْكَ قَاۤىِٕمًاۗ “dan mereka meninggalkanmu ketika sedang berdiri berkhutbah”. Ini adalah dalil bahwasanya khutbah harus berdiri, bahkan sebagian ulama mengatakan bahwasanya khutbah tidak sah apabila dilakukan dengan duduk karena Nabi ﷺ berkhutbah dengan berdiri[36]. Firman Allah ﷻ قُلْ مَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِۗ وَاللّٰهُ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَࣖ “Katakanlah, “Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan,” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik. ini adalah teguran Allah ﷻ atas kesalahan yang dilakukan oleh sebagian sahabat Nabi ﷺ . Di penghujung pembahasan surah ini penulis menyampaikan beberapa hukum terkait sholat jum’at, diantaranya Sholat jum’at tidak wajib bagi musafir, orang sakit, budak dan wanita, akan tetapi jika mereka berkeinginan untuk menunaikan sholat jum’at maka sholatnya sah. Misalkan ada seorang wanita yang mengikuti sholat jum’at maka sholatnya sah dan tidak perlu melakukan sholat dzuhur lagi[37]. Asalnya panggilan adzan untuk sholat jum’at hanya sekali. Adzan 2 kali terjadi di zaman Ustman radhiyallahu anhu ketika jumlah penduduk semakin banyak dan Utsman khawatir orang-orang terlambat menunaikan sholat jum’at terlebih lagi zaman itu belum ada jam sehingga mereka sibuk berdagang dan lalai untuk menentukan kapan waktunya sholat jum’at. Beliau khawatir apabila adzan jum’at sudah dikumandangkan mereka baru bersiap-siap akhirnya mereka datang terlambat dan tidak mendengarkan khutbah jum’at. Oleh karenanya dahulu Ustman bin Affan radhiyallahu anhu pernah mengutus orang untuk adzan di pasar Zauro’ untuk mengingatkan orang-orang pasar supaya datang sholat jum’at[38]. Sebagian ulama mengatakan kenapa Utsman melakukan demikian karena beliau sendiri pernah terlambat, dalam hadist riwayat muslim disebutkan, عن سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ، بَيْنَا هُوَ يَخْطُبُ النَّاسَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَادَاهُ عُمَرُ أَيَّةُ سَاعَةٍ هَذِهِ؟» فَقَالَ إِنِّي شُغِلْتُ الْيَوْمَ، فَلَمْ أَنْقَلِبْ إِلَى أَهْلِي حَتَّى سَمِعْتُ النِّدَاءَ، فَلَمْ أَزِدْ عَلَى أَنْ تَوَضَّأْتُ، قَالَ عُمَرُ وَالْوُضُوءَ أَيْضًا، وَقَدْ عَلِمْتَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَأْمُرُ بِالْغُسْلِ» Bahwasanya ketika Umar bin Khattab sedang berkhutbah jum’at, datang seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah ﷺdalam lafadz lain disebutkan bahwa beliau adalah Ustman bin Affan [39], Umar pun langsung memanggilnya seraya berkata, “Waktu apakah ini?” orang tersebut menjawab, “Sesungguhnya hari ini aku sibuk dan tidak pulang ke rumah melainkan setelah mendengar panggilan azan, dan aku hanya berwudhu saja”, Umar berkata, “Cuma wudhu saja? dan engkau tahu bahwasanya Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk mandi”[40]. Boleh jadi peristiwa ini yang mengakibatkan Utsman bin Affan radhiyallahu anhu tidak ingin terlambat lagi dan tidak ingin orang-orang terlambat sebagaimana yang beliau alami sehingga beliau memutuskan untuk melakukan azan pertama yang jaraknya cukup jauh dan dilakukan di pasar-pasar untuk mengingatkan agar orang-orang bisa persiapan shalat jumát. Mengenai adzar jumat dua kali maka para ulama berbeda pendapat apakah dianjurkan kembali lagi ke zaman Nabi ﷺ yang mana azan hanya sekali saja ataukah azan dua kali -sebagaimana yang dilakukan Utsman- ?. Pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini adalah jikalau memang diperlukan azan dua kali misalnya karena khawatir ada yang lalai atau lupa maka tidak mengapa untuk dilakukan sebagaimana yang dipraktekan di masjid Nabawi dan masjidil Harom, bahwasanya setengah jam sebelum adzan kedua ada adzan pertama, terlebih lagi di sekitar masjid Nabawi dan masjidil Harom terdapat banyak pasar sehingga begitu dikumandangkan azan pertama mereka sudah bersiap-siap menuju ke masjid untuk melaksanakan sholat jum’at dengan baik. Apakah ada sholat qobliyah jum’at? Jawabanya adalah tidak ada, yang ada namanya sholat intidzor karena sholat qobliyah tidak bisa dibayangkan terjadi di zaman Nabi ﷺ, karena azan di zaman beliau hanya satu kali begitu beliau duduk di atas mimbar seketika itu langsung dikumandangkan azan, maka kapankah waktu untuk mengerjakan sholat qobliyah? Bukankah sholat qobliyah dikerjakan setelah masuk waktu?. Karenanya tidak boleh seseorang sholat qobliyah dzuhur kecuali setelah azan dzuhur dan tidak boleh seorang sholat qobliyah subuh kecuali setelah azan subuh. Maka tatkala azan jum’at selesai dikumandangkan tidak mungkin orang melakukan sholat qobliyah karena begitu azan selesai Nabi ﷺ langsung berkhutbah. Adapun sholat intidzor maka disyariatkan[41] yaitu sholatnya seseorang ketika telah datang ke masjid kapanpun waktunya dia sholat sampai khotib datang, bahkan menurut pendapat yang rojih tetap boleh dikerjakan meskipun diwaktu terlarang, misalnya waktu terlarang sekitar tujuh menit sebelum azan dzuhur maka boleh baginya untuk tetap mengerjakan sholat terus menerus sampai khotib datang[42]. Apabila ada seseorang datang kemasjid kemudian mendapati azan sedang dikumandangkan maka sebaiknya dia langsung mengerjakan sholat tahiyatul masjid dan tidak menunggu azan selesai dikumandangkan, karena wajib bagi dia untuk mendengarkan khutbah dan tidak wajib hukumnya menjawab azan[43]. Jika dia menjawab azan terlebih dahulu kemudian sholat saat imam sedang berkhutbah maka orang tersebut telah keliru. Kalaupun jika ada seseorang datang terlambat dan khutbah jum’at sedang berlangsung maka sebagaimana disebutkan dalam hadist Nabi ﷺ hendaknya dia sholat dengan meringankan sholatnya[44], misalnya dengan membaca surat pendek setelah membaca Al-fatihah atau dengan tidak membaca surat sama sekali setelah Al-fatihah, kemudian hendaknya dia tidak memperlama sholatnya karena dapat menggangu konsentrasi khotib, selain itu dia diwajibkan untuk mendengarkan khutbah maka tetap sholat tahiyyatul masjid akan tetapi tidak berlama-lama dalam mengerjakannya hendaknya ia bersegera menyelesaikan sholatnya kemudian fokus mendengarkan khutbah jum’at. _____________________________________________________________________ [1] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/97. [2] At-Tahrir wat Tanwir 28/205. [3] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/91. [4] Tafsir As-Sam’aany 5/430, Tafsir Al-Bahrul Muhith karya Abu Hayyan Al-Andalusy 10/171. [5] HR. Muslim [6] no. 1411 [7] Dalam hal ini Ibnu Rajab Al-Hanbaly rohimahullah menjelaskan bahwasanya umat terdahulu dari kalangan yahudi dan nasrani mereka juga diperintahkan oleh Allah ﷻ untuk mengagungkan hari jum’at dan menjadikan hari tersebut sebagai hari id mereka, akan tetapi mereka berselisih, orang – orang yahudi memilih hari sabtu mereka mengatakan bahwa penciptaan selesai pada hari sabtu, adapun orang-orang nasrani mereka memilih hari ahad karena hari tersebut adalah awal dimulainya penciptaan Fathul Bary karya Ibnu Rajab 8/72. [8] no. 855. [9] Tafsir Al-Qurthuby 17/235. [10] Lihat Tafsir At-Tahrir wat Tanwir 28/206. [11] Tafsir Al-Qurthuby 18/244. [12] Lihat Tafsif Adwaaul Bayan karya Muhammad Al-Amin As-Syinqithy 7/538. [13] [14] [15] Lihat Tafsir Al-Utsaimin 1/122. [16] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/91. [17] HR. Bukhori [18] Tafsir Adhwaaul Bayan 8/115. [19] Tafsir At-Thobary 23/372. [20] [21] HR Bukhori Muslim [22] HR. Bukhori [23] Lihat Al-Bahrul Muhith fi Tafsir karya Abu Hayyan Al-Andalusy 10/173. [24] Lihat Al-Bidayah wan Nihayah 4/524-525. [25] Lihat Majallah Al-Jamiah Al-Islamiyah bil Madinatil Munawwaroh 42/130; Al-Qoulul Mubin fi siroti sayyidil mursalin karya Muhammad At-Thoyyib An -Najjar [26] dalam tafsirnya 2/268 dan Ibnu Abi Hatim 1/188, Ibnu Hajar dalam kitabnya Al-Ujab fi bayanil asbab berkata “Sanadnya sohih”. [27] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/96. [28] lihat Tafsir Hadaiq Ar-Ruhu war Raihan 29/283. [29] Lihat Tafsir Adwaaul Bayan 8/171. [30] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/103. [31] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/107. [32] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/108. [33] HR. Bukhori [34] HR. Muslim [35] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/109-110. [36] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/114. [37] lihat Al-Ijma’ karya Ibnu Al-Mundzir 1/40 [38] Lihat Tafsir Al-Qurthuby 18/100. [39] HR. Muslim no.4-845 [40] HR. Muslim no.3-845 [41] [42] Lihat Fatawa nur ala darb karya Ibnu Al-Utsaimin 8/2. [43] Majmu’ Fatawa wa Rosail karya Ibnu Al-Utsaimin 14/295. [44] HR. Bukhori
Luqman129 Ibn Abbas: Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir Vol. 1 No. 2 Oktober-Maret e-ISSN : 2620-7885 Term al-Musytarak al-Lafdzy Al-Musytarak al-Lafdzy dalam ilmu al-qur'an termasuk pembahasan ilmu tafsir mufroda>t . Dalam al-Itqa> n, Al-Suyu> t }i menyebutakan histori awal mula penulisan ilmu mufroda>t al-Qur'an bermula sepeninggal Nabi SAW
The Virtues of Surat Al-Jumu`ahIbn `Abbas and Abu Hurayrah narrated that Allah's Messenger used to recite Surat Al-Jumu`ah and Surat Al-Munafiqin during the Friday Prayer. Muslim collected this Hadith in his اللَّهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ In the Name of Allah, the Most Gracious, the Most praises and glorifies Allah Allah states that everything in the heavens and the earth gloAllah the Exalted said in another Ayah,وَإِن مِّن شَىْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدَهِGlorify Him and there is not a thing but glorifies His praise 1744 Allah said,الْمَلِكُ الْقُدُّوسُthe King, the Holy, meaning that He is the Owner and King of the heavens and the earth Who has perfect control over their affairs. He is the Holy, free of all shortcomings, His attributes are perfect,العَزِيزُ الحَكِيمُthe Almighty, the All-Wise. whose explanation is already discussed in many Favor that Allah granted by sending MuhammadAllah the Exalted said,هُوَ الَّذِى بَعَثَ فِى الأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْHe it is Who sent among the unlettered ones a Messenger from among themselves, the word `unlettered' here refers to the Arabs. Allah the Exalted said in another Ayah,وَقُلْ لِّلَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَـبَ وَالاٍّمِّيِّينَ ءَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُواْ فَقَدِ اهْتَدَواْ وَّإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَـغُ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِAnd say to those who were given the Scripture and those who are illiterates "Do you submit yourselves If they do, they are rightly guided; but if they turn away, your duty is only to convey the message; and Allah is All-Seer of His servants. 320 Mentioning the unlettered ones in specific here does not mean that Muhammad was only sent to them, because the blessing to the Arabs is greater than that of other nations. In another Ayah, Allah said,وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَّكَ وَلِقَوْمِكَAnd verily, this is indeed a Reminder for you and your people 4344. Surely, the Qur'an is also a reminder for those other than Arabs to take heed. Allah the Exalted said,وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الاٌّقْرَبِينَ And warn your tribe of near kindred. 26214 These Ayat do not negate Allah's statements,قُلْ يَأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّى رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًاSay "O mankind! verily, I am sent to you all as the Messenger of Allah. 7158, and,لاٌّنذِرَكُمْ بِهِ وَمَن بَلَغَthat I may therewith warn you and whomsoever it may reach. 619 and in His statement about the Qur'an,وَمَن يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الاٌّحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُBut those of the groups that reject it, the Fire will be their promised meeting place. 1117 There are other Ayat that indicate that his Message is universal. He, may Allah's peace and blessings be upon him, was sent to all people, mankind and the Jinns alike. We mentioned this meaning before in Surat Al-An`am producing various Ayat and Hadiths. All praise and thanks are to due to Allah. This Ayah testifies that Allah has indeed accepted the invocation of His friend Ibrahim when he supplicated Allah to send a Messenger to the people of Makkah from among them their own. One who will recite to them Allah's statements, purify them and teach them the Book and the Hikmah. So, Allah - all praise and thanks be to Him - sent him when the Messengers ceased and the way was obscure. Indeed it was a time when it was most needed. Especially since Allah hated the people of the earth, Arabs and non-Arabs alike, except for a few of the People of the Scripture, who kept to the true faith Allah the Exalted sent to `Isa bin Maryam, peace be upon him. This is why Allah said,هُوَ الَّذِى بَعَثَ فِى الأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَـتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَـبَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَلٍ مُّبِينٍ He it is Who sent among the unlettered ones a Messenger from among themselves, reciting to them His Ayat, purifying them, and teaching them the Book and the Hikmah. And verily, they had been before in manifest error. In ancient times, the Arabs used to adhere by the religion of Ibrahim, peace be upon him. They later changed, corrupted and contradicted it, choosing polytheism instead of Tawhid and doubts instead of certainty. They invented a religion that Allah did not legislate, just as the People of the Scriptures did when they changed and corrupted their Divine Books. Allah sent Muhammad , with a great divine legislation, perfect religion that is suitable for all humans and Jinns. In it, there is guidance and explanations of all that they need in this life and the Hereafter. It draws them closer to Paradise and Allah's pleasure and takes them away from the Fire and earning Allah's anger. In it, there is the final judgement for all types of doubts and suspicion for all major and minor matters of the religion. In Muhammad , Allah gathered all the good qualities of the Prophets before him, and gave him what He has never given the earlier and later generations of mankind. May Allah's peace and blessings be on Muhammad until the Day of is the Messenger to Arabs and Non-Arabs alikeAllah said,وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُواْ بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ And others among them who have not yet joined them. And He is the Almighty, the All-Wise. Imam Abu `Abdullah Al-Bukhari, may Allah have mercy upon him, recorded that Abu Hurayrah said, "We were sitting with the Prophet , when Surat Al-Jumu`ah was revealed to him;وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُواْ بِهِمْAnd others among them who have not yet joined them. They said, `Who are they, O Allah's Messenger' The Prophet did not reply until they repeated the question thrice. At that time, Salman Al-Farisi was with us. So Allah's Messenger placed his hand on Salman, saying,لَوْ كَانَ الْإِيمَانُ عِنْدَ الثُّرَيَّا لَنَالَهُ رِجَالٌ أَوْ رَجُلٌ مِنْ هؤُلَاءِ»If faith were on Ath-Thurayya Pleiades, even then some men or a man from these people would attain it." Muslim, At-Tirmidhi, An-Nasa`i, Ibn Abi Hatim and Ibn Jarir collected this Hadith. This Hadith indicates that Surat Al-Jumu`ah was revealed in Al-Madinah and that the Messenger's Message is universal. The Prophet explained Allah's statement,وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْAnd others among them by mentioning Persia. This is why the Prophet sent messages to the kings of Persia and Rome, among other kings, calling them to Allah the Exalted and to follow what he was sent with. This is why Mujahid and several others said that Allah's statement,وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُواْ بِهِمْAnd others among them who have not yet joined them. refers to all non-Arabs who believe in the truth of the Prophet. Allah's statement,وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُAnd He is the Almighty, the All-Wise. asserts that He is Almighty and All-Wise in His legislation and the destiny He appoints. Allah's statement,ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ That is the grace of Allah, which He bestows on whom He wills. And Allah is the Owner of mighty grace. refers to the great prophethood that He granted Muhammad and the qualities that He favored his Ummah with, by sending Muhammad to them.
Tafseerof Surah Yaseen Ayahs 13-17 If Allah says that you will be rewarded for every letter Kitab Tafsir Surah Yasin disusun oleh al-Marbawi sebagai rentetan terhadap usaha beliau untuk mentafsirkan keseluruhan al-Quran "Opama ka aden a matiya sa Surah Yasin ago Surah Was-Saaffat ko Alongan a Jumu'ah na oriyan niyan na mamangeni ko Allah
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ الجمعة ٩Allah menghimbau orang-orang beriman agar segera ke masjid untuk salat berjamaah apabila azan sudah dikumandangkan. Wahai orang-orang yang beriman! Di mana pun dan kapan pun kamu berada. Apabila telah diseru dengan dikumandangkan azan untuk melaksanakan salat Jumat pada hari Jumat, atau salat lima waktu maka segeralah kamu mengingat Allah, dengan melaksanakan salat yang khusyuk serta zikir dan doa sesudah salat; dan tinggalkanlah jual beli dan berbagai kegiatan lainnya. Yang demikian itu, meninggalkan sementara berbagai kegiatan untuk segera melaksanakan salat wajib berjamaah di masjid, lebih baik bagi kamu dibandingkan dengan menunda salat, jika kamu mengetahui keutamaan salat di awal waktu dengan berjamaah di masjid.Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada huruf min di sini bermakna fi, yakni pada hari Jumat maka bersegeralah kalian yakni cepat-cepatlah kalian berangkat untuk mengingat Allah yakni salat dan tinggalkanlah jual beli tinggalkanlah transaksi jual beli itu. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui bahwasanya hal ini lebih baik, maka kerjakanlah hari Jumat dinamakan Jumu'ah karena berakar dari kata al-jam'u, mengingat kaum muslim melakukan perkumpulan untuk setiap tujuh harinya sebanyak sekali di dalam masjid-masjid yang besar. Dan pada hari Jumat semua makhluk telah sempurna diciptakan, dan sesungguhnya hari Jumat itu merupakan hari keenam dari tahun yang Allah menciptakan padanya langit dan bumi. Pada hari Jumat pula Allah menciptakan Adam, pada hari Jumat Adam dimasukkan ke dalam surga, pada hari Jumat Adam dikeluarkan dari surga, dan pada hari Jumat pula hari kiamat terjadi. Di dalam hari Jumat terdapat suatu saat yang tiada seorang hamba pun yang beriman dapat menjumpainya, sedangkan ia dalam keadaan memohon kebaikan kepada Allah di dalamnya, melainkan Allah akan mengabulkan apa yang dimintanya. Hal ini telah dibuktikan oleh banyak hadis sahih yang Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepada kami Ubaidah ibnu Humaid, dari Mansur, dari Abu Ma'syar, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Qursa' Ad-Dabbi, telah menceritakan kepada kami Salman, bahwa Abul Qasim Saw. pernah bersabda, "Hai Salman, apakah hari Jumat itu?" Salman menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Maka Rasulullah Saw. bersabda Hari Jumat itu adalah hari yang padanya Allah menghimpunkan kedua orang tuamu, atau orang diriwayatkan pula dari Abu Hurairah hal yang semisal dengan hadis di atas, hanya Allah-lah Yang Maha bahasa orang-orang kuno, hari Jumat disebut pula dengan nama hari 'Arubah. Dan telah terbuktikan bahwa umat-umat sebelum kita telah diperintahkan untuk menghormati hari Jumat, maka mereka memuliakannya. Tetapi orang-orang Yahudi memilih hari Sabtu yang tidak bertepatan dengan hari penciptaan Adam, sedangkan orang-orang Nasrani memilih hari Ahad yang padanya dimulai penciptaan makhluk. Dan Allah Swt. memilih bagi umat ini hari Jumat yang padanya Allah telah menyempurnakan penciptaan makhluk-Nya. Hal ini telah dinyatakan oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui hadis Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabih yang mengatakan bahwa berikut ini merupakan hadis yang diriwayatkan kepada kami oleh Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabdaKita adalah orang-orang yang terakhir, tetapi yang paling terdahulu kelak di hari kiamat, hanya saja mereka diberi kitab sebelum kita. Kemudian sesungguhnya hari Jumat ini adalah hari mereka yang telah difardukan oleh Allah atas mereka, tetapi mereka berselisih pendapat mengenainya. Dan Allah menunjuki kita padanya, maka orang-orang lain mengikut kita padanya; orang-orang Yahudi besok dan orang-orang Nasrani sesudah menurut lafaz hadis yang ada pada Imam Bukhari. Sedangkan menurut lafaz yang ada pada Imam Muslim adalah sebagai berikutAllah membutakan orang-orang sebelum kita dari hari Jumat, maka bagi orang-orang Yahudi hari Sabtu, dan bagi orang-orang Nasrani hari Ahad. Lalu Allah mendatangkan kita dan menunjuki kita kepada hari Jumat, dan Allah menjadikan hari Jumat, hari Sabtu, dan hari Ahad berurutan. Demikian pula kelak di hari kiamat, mereka mengikut kepada kita. Kita adalah orang-orang yang terakhir dari kalangan penduduk dunia, tetapi yang paling pertama mendapat peradilan-Nya di antara sesamanya kelak di hari kiamat sebelum semua Swt. telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk berkumpul guna mengerjakan ibadah kepada-Nya di hari Jumat. Maka Allah Swt. berfirmanHai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah. Al-Jumu'ah 9Yakni tuluskanlah niat kalian, bulatkanlah tekad kalian, serta pentingkanlah oleh kalian untuk pergi guna menunaikan ibadah kepada-Nya. Pengertian yang dimaksud dengan sa'yu dalam ayat ini bukanlah menurut pengertian bahasanya yaitu berjalan, melainkan makna yang dimaksud ialah mementingkan dan merealisasikannya. Seperti makna yang terdapat di dalam firman Allah Swt.Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan ia adalah ' mukmin. Al-Isra 19Tersebutlah bahwa sahabat Umar ibnul Khattab dan Ibnu Mas'ud membaca ayat ini dengan bacaan berikut Famdu ila zikrillah, yang artinya 'maka bergegas-gegaslah kamu untuk mengingat Allah.' Adapun jalan cepat menuju tempat salat, maka sesungguhnya hal itu dilarang, sebab ada sebuah hadis di dalam kitab Sahihain yang diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabdaApabila kamu mendengar iqamah, maka berjalanlah kamu menuju ke tempat salat, dan langkahkanlah kakimu dengan tenang dan anggun, dan janganlah kamu melangkahkannya dengan cepat-cepat. Maka apa saja bagian salat yang kamu jumpai, kerjakanlah dan apa yang terlewatkan olehmu, maka lafaz Imam Bukhari, dari Abu Qatadah, disebutkan bahwa ketika kami sedang salat bersama Nabi Saw., tiba-tiba beliau mendengar suara gemuruh langkah kaum lelaki. Maka setelah salat selesai, beliau Saw. bertanya, "Mengapa kalian?" Mereka menjawab, "Kami datang tergesa-gesa ke tempat salat." Nabi Saw. bersabdaJangan kamu ulangi perbuatan itu. Apabila kamu mendatangi tempat salat, maka berjalanlah dan langkahkanlah kakimu dengan tenang. Apa saja bagian salat yang kamu jumpai, kerjakanlah dan apa yang terlewatkan olehmu, menurut apa yang diketengahkan oleh Bukhari dan Muslim. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda Apabila iqamah untuk salat diserukan, maka janganlah kamu mendatanginya dengan jalan cepat, tetapi datangilah ia dengan jalan biasa dan langkahkanlah kakimu dengan tenang dan anggun. Maka bagian mana pun yang kamujumpai, kerjakanlah; dan bagian mana pun yang terlewatkan darimu, maka Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Abdur Razzaq pula, dan ia juga mengetengahkannya melalui jalur Yazid ibnu Zurai', dari Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah dengan sanad yang Al-Basri telah mengatakan, "Ingatlah, demi Allah, makna yang dimaksud bukanlah melangkahkan kaki dengan cepat. Sesungguhnya mereka telah dilarang mendatangi tempat salat kecuali dengan langkah-langkah yang tenang dan anggun." Ungkapan sa 'yu ini kaitannya adalah dengan hati, niat, dan telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah. Al-Jumu'ah 9 Yakni berjalan dengan hati dan amalmu, itulah yang dimaksud dengan pengertian berjalan menuju ke tempat salat. Tersebutlah pula bahwa Qatadah menakwilkan dengan pengertian yang sama dengan firman Allah Swt. berikut, yaitu Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup untuk berusaha bersama-sama Ibrahim. Ash-Shaffat 102Maksudnya, dapat berjalan bersama-sama Ibrahim. Telah diriwayatkan pula hal yang semisal, dari Muhammad ibnu Ka'b, Zaid ibnu Aslam, dan bagi orang yang mendatangi salat Jumat hendaknya terlebih dahulu mandi sebelumnya, karena telah disebutkan di dalam kitab Sahihain sebuah hadis dari Abdullah ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabdaApabila seseorang dari kamu mendatangi salat Jumat, hendaklah ia mandi terlebih dalam kitab Sahihain disebutkan pula melalui Abu Sa'id bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabdaMandi hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang bermimpi mengeluarkan air mani balig.Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. telah bersabdaHal yang diwajibkan Allah atas tiap-tiap orang muslim ialah mandi setiap tujuh harinya dengan membasuh kepala dan seluruh riwayat Imam Muslim. Diriwayatkan pula dari Jabir bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabdaDiwajibkan atas setiap lelaki muslim mandi sekali setiap tujuh harinya, yaitu pada hari riwayat Imam Ahmad, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Hibban. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Al-Auza'i, dari Hassan ibnu Atiyyah, dari Abul Asy'as As-San'ani, dari Aus ibnu Aus As-Saqafi yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda Barang siapa yang mencuci dan mandi pada hari Jumat dan berpagi hari, dan berangkat dengan segera serta jalan kaki tidak berkendaraan, dan mendekati imam, dan mendengarkan serta tidak melakukan hal yang laga melenyapkan pahala Jumat, maka baginya untuk tiap langkahnya pahala satu tahun puasa dan qiyam salat ini mempunyai banyak jalur periwayatan dan banyak lafaznya, dan telah diketengahkan oleh Arba'ah serta dinilai hasan oleh Imam Turmuzi. Telah diriwayatkan pula dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabdaBarang siapa yang mandi pada hari Jumat seperti mandinya untuk jinabah, kemudian berangkat pada saat yang pertama, maka seakan-akan ia mengurbankan seekor unta. Dan barang siapa yang berangkat pada saat yang kedua, maka seakan-akan ia mengurbankan seekor sapi betina. Dan barang siapa yang berangkat pada saat yang ketiga, maka seakan-akan mengurbankan seekor kambing gibasy yang bertanduk. Dan barang siapa yang berangkat pada saat yang keempat, maka seakan-akan mengurbankan seekor ayam. Dan barang siapa yang berangkat pada saat yang kelima, maka seakan-akan mengurbankan sebuah telur. Dan apabila imam muncul, maka para malaikat hadir mendengarkan diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Disunatkan pula baginya memakai pakaian yang terbaiknya, mengenakan parfum, bersiwak, membersihkan dirinya, dan bersuci. Di dalam hadis Abu Sa'id yang lalu telah disebutkanMandi pada hari Jumat wajib atas setiap orang yang balig, juga bersiwak dan mengenakan wewangian Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Ibrahim At-Taimi, dari Imran ibnu Abu Yahya, dari Abdullah ibnu Ka'b ibnu Malik, dari Ayyub Al-Ansari, bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda Barang siapa yang mandi pada hari Jumat dan memakai wewangian keluarganya jika mempunyainya, dan mengenakan pakaian yang terbaiknya, kemudian ia keluar hingga sampai di masjid, lalu melakukan salat sunat jika ia menginginkannya, dan tidak mengganggu seorang pun, kemudian diam dengan penuh perhatian di saat imamnya muncul hingga salat ditunaikan. Maka hal itu menjadi kifarat baginya terhadap dosa-dosa yang ada antara hari itu sampai dengan Jumat dalam kitab Sunan Abu Daud dan Ibnu Majah disebutkan melalui Abdullah ibnu Salam bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda di atas mimbarnyaTiada beban bagi seseorang dari kamu seandainya dia telah membeli sepasang pakaian untuk hari Jumatnya selain dari sepasang pakaian untuk dari Aisyah bahwa Rasulullah Saw. berkhotbah kepada orang-orang pada hari Jumat, lalu beliau melihat mereka mengenakan pakaian nimar sehari-hari, kemudian beliau Saw. bersabdaTidak dibebankan bagi seseorang dari kamu jika dia mempunyai kaluasan untuk mengambil sepasang pakaian untuk salat Jumatnya selain sepasang pakaian untuk kerjanya. Riwayat Ibnu MajahFirman Allah Swt.apabila diseru untuk menunaikan salat pada hari Jumat. Al-Jumu'ah 9Yang dimaksud dengan seruan ini adalah seruan kedua yang biasa dilakukan di hadapan Rasulullah Saw. apabila beliau keluar dari rumahnya dan duduk di atas mimbarnya, maka pada saat itulah azan diserukan di hadapannya. Adapun mengenai seruan pertama yang ditambahkan oleh Amirul Mu’minin Usman ibnu Affan sesungguhnya hal itu dilakukan mengingat banyaknya orang-orang, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Zi'b, dari Az-Zuhri dari As-Sa'ib ibnu Yazid yang mengatakan bahwa dahulu seruan azan pada hari Jumat mula-mula dilakukan apabila imam telah duduk di atas mimbar di masa Rasulullah Saw., Abu Bakar dan Umar Dan ketika masa pemerintahan Usman ibnu Affan telah berlangsung beberapa masa dan orang-orang bertambah banyak, maka ditambahkanlah seruan yang kedua di atas Az-Zaura. Yakni diserukan azan di atas semua rumah yang dikenal dengan sebutan Az-Zaura, yang merupakan rumah yang tertinggi di Madinah pada masa itu berada di dekat Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Na' im, telah menceritakan kepada kami Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Rasyid Al-Mak-hul, dari Mak-hul, bahwa pada mulanya seruan di hari Jumat dilakukan hanya sekali —yaitu di saat imam muncul— sampai dengan salat diiqamahkan. Seruan itu bila telah diserukan, maka diharamkan melakukan jual beli. Kemudian di masa pemerintahan Khalifah Usman, ia memerintahkan agar dilakukan pula seruan azan lainnya, yaitu sebelum imam muncul hingga semua orang telah terkumpulkan. Dan sesungguhnya yang diperintahkan untuk menghadiri salat Jumat itu hanyalah kaum lelaki yang merdeka, bukan budak dan bukan pula wanita dan anak-anak. Dan dimaafkan untuk tidak melakukan salat Jumat bagi orang musafir, orang yang sedang sakit, dan orang yang merawat orang sakit, dan lain sebagainya yang termasuk ke dalam uzur yang diterima, yang pembahasannya secara rinci terdapat di dalam kitab-kitab Allah Swt.dan tinggalkanlah jual beli. Al-Jumu'ah 9Yakni bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah olehmu jual beli, bila salat telah diserukan. Karena itulah maka para ulama sepakat bahwa haram melakukan jual beli sesudah azan kedua. Tetapi mereka berselisih pendapat mengenai masalah jual beli secara muatah bayar dan terima tanpa ijab kabul. Ada dua pendapat mengenainya, tetapi menurut makna lahiriah ayat, hal itu tidak sah juga, sebagaimana yang dijelaskan secara lengkap di tempatnya; hanya Allah-lah Yang Maha Allah Swt.Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Al-Jumu'ah 9Yaitu kamu tinggalkan jual beli dan kamu bergegas untuk mengingat Allah dan salat adalah lebih baik bagimu, yakni bagi kehidupan dunia dan akhiratmu, jika kamu orang-orang beriman, jika azan untuk salat Jumat telah dikumandangkan maka bersegeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Apa yang diperintahkan itu lebih bermanfaat bagi kalian jika kalian mengetahuinya.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 62. Al-Jumu'ah Juz 28 Makkiyah Pengantar Surat Al-Jumu'ah Surat Al-Jumu'ah Tafsir Al-Jumu'ah.
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ Katakanlah "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini! Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Katakanlah!, "Sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, sesungguhnya kematian itu huruf fa pada lafal fa-innahu adalah huruf zaidah akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata artinya mengetahui pada yang rahasia dan terang-terangan lalu Dia beritakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan." maka Dia akan membalasnya kepada kalian. Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kalian hindari itu tidak akan dapat terelakkan. Kematian itu pasti akan menemui kalian. Kemudian kalian akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata. Dia akan memberitahukan kalian segala apa yang telah kalian lakukan. Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir Admin Submit 2015-04-01 021332 Link sumber Yang baik maupun yang buruk.
SurahAl-Jumu'ah (bahasa Arab:الجمعة) adalah surah ke-62 dalam Alquran. Surah ini tergolong surah Madaniyah yang terdiri atas 11 ayat. Dinamakan Al Jumu'ah yang bukan berarti hari jum'at, akan tetapi secara bahasa bermakna hari perkumpulan diambil dari perkataan Al-Jumu'ah (Jama`) yang terdapat pada ayat ke-9 surat ini.
Sumber Bimas Islam, Kementerian Agama RI. Selengkapnya Jumat 11 Ayat ÙÙØ§ÙØ°ÙØ§ Ù‚ÙØ¶ÙÙŠÙØªÙ الصÙÙلٰوة٠ÙÙØ§Ù†Ù’ØªÙØ´ÙرÙوْا ÙÙÙ‰ Ø§Ù„Ù’Ø§ÙØ±Ù’Ø¶Ù ÙˆÙØ§Ø¨Ù’ØªÙØºÙوْا Ù…Ùنْ ÙÙØ¶Ù’ل٠اللÙÙ°Ù‡Ù ÙˆÙØ§Ø°Ù’ÙƒÙØ±Ùوا اللÙÙ°Ù‡Ù ÙƒÙØÙيْرًا Ù„ÙÙØ¹ÙÙ„ÙÙÙƒÙمْ تÙÙÙ’Ù„ÙØÙوْن٠١٠62-10 Apabila salat Jumat telah dilaksanakan, bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Tafsir Apabila salat wajib telah dilaksanakan di awal waktu dengan berjamaah di masjid; maka bertebaranlah kamu di bumi, kembali bekerja dan berbisnis; carilah karunia Allah, rezeki yang halal, berkah, dan melimpah dan ingatlah Allah banyak-banyak ketika salat maupun ketika bekerja atau berbisnis agar kamu beruntung, menjadi pribadi yang seimbang, serta sehat mental dan fisik.
Tafsir. Tafsir Surat Al-Jumu'ah: 5-8 Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
Al-Jumu`ah Friday, and the Orders and Etiquette for FridayFriday is called Al-Jumu`ah because it is derived from Al-Jam`, literally, gathering. The people of Islam gather weekly, on every Friday in the major places of worship. It was during Friday when Allah finished the creation, the sixth day, during which Allah created the heavens and earth. During Friday, Allah created Adam, and he was placed in Paradise, and ironically, it was a Friday when he was taken out of Paradise. It will be on a Friday when the Last Hour will commence. There is an hour during Friday, wherein no faithful servant asks Allah for something good, but Allah will give him what he asked for. All of this is based upon Hadiths in the authenic collections. In the ancient language Friday was called, `Arubah. It is a fact that previous nations were informed about Friday, but they were led astray from it. The Jews chose Saturday for their holy day, but Adam was not created on Saturday. The Christians chose Sunday, which is the day the creation was initiated. Allah chose Friday for this Ummah, because it is the day the creation was and Muslim recorded that Abu Hurayrah said that the Messenger of Allah said,نَحْنُ الْاخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا، ثُمَّ إِنَّ هَذَا يَوْمَهُمُ الَّذِي فَرَضَ اللهُ عَلَيْهِمْ فَاخْتَلَفُوا فِيهِ فَهَدَانَا اللهُ لَهُ، فَالنَّاسُ لَنَا فِيهِ تَبَعٌ، الْيَهُودُ غَدًا وَالنَّصَارَى بَعْدَ غَدٍ»We are the last to come but the first on the Day of Resurrection, though the former nations were given the Scriptures before us. And this was their day Friday the celebration of which was made compulsory for them, but they differed about it. So, Allah gave us guidance to it, and all other people are coming after us the Jews tomorrow and the Christians the day after tomorrow." This is the wording of Al-Bukhari in another narration of Muslim;أَضَلَّ اللهُ عَنِ الْجُمُعَةِ مَنْ كَانَ قَبْلَنَا، فَكَانَ لِلْيَهُودِ يَوْمُ السَّبْتِ، وَكَانَ لِلنَّصَارَى يَوْمُ الْأَحَدِ، فَجَاءَ اللهُ بِنَا فَهَدَانَا اللهُ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ، فَجَعَلَ الْجُمُعَةَ وَالسَّبْتَ وَالْأَحَدَ، وَكَذَلِكَ هُمْ تَبَعٌ لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ نَحْنُ الْاخِرُونَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا، وَالْأَوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمَقْضِيُّ بَيْنَهُمْ قَبْلَ الْخَلَائِقِ»Allah diverted those who were before us from Friday. For the Jews there was Saturday, and for the Christians there was Sunday. Allah then brought us and guided us to Friday. He made them; Friday, Saturday and Sunday, and it is in this order they will come after us on the Day of Resurrection. We are the last of among the people of this world and the first among the created to be judged on the Day of Resurrection.Necessity of the Remembrance of Allah on Friday, by attending the Khutbah and the PrayerAllah commanded the believers to gather to worship Him on Friday,يأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْاْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِO you who believe! When the call is proclaimed for the Salah on Al-Jumu`ah Friday, then hasten Fas`aw to the remembrance of Allah meaning, go to it and head for it. The meaning of Sa`y hasten here does not refer to walking quickly. It only refers to the importance of it. `Umar bin Al-Khattab and Ibn Mas`ud - may Allah be pleased with them - recited it; فَامْضُوا إِلَى ذِكْرِ اللهِ "Then proceed to the remembrance of Allah." As for walking in haste to the prayer, that was indeed prohibited, since it was recorded in the Two Sahihs from Abu Hurayrah that the Prophet said,إِذَا سَمِعْتُمُ الْإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ وَعَلَيْكُمُ السَّكِينَةَ وَالْوَقَارَ وَلَا تُسْرِعُوا، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا»When you hear the Iqamah, proceed to offer the prayer with calmness and solemnity and do not rush. And pray whatever you catch, and complete whatever you have missed. This is the wording with Al-Bukhari. Abu Qatadah said, "While we were praying behind the Messenger of Allah he heard commotion. At the end of the prayer, the Prophet said;مَا شَأْنُكُمْ»What is the matter with you They said, `We hastened to the prayer.' The Prophet said,فَلَا تَفْعَلُوا، إِذَا أَتَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَامْشُوا وَعَلَيْكُمُ السَّكِينَةَ فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا»Don't do that. When you come for prayer, there should be tranquility upon you. Pray what remains of the prayer and complete what you have missed." The Two Sahihs collected this Hadith. Al-Hasan commented, "By Allah! Hastening to the prayer is not accomplished by the feet. Indeed they were prohibited from coming to prayer without tranquility and dignity. Rather it is about the hearts, the intention, and the submission." Qatadah said,فَاسْعَوْاْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ"then hasten to the remembrance of Allah means that you have to hasten to the prayer with your heart and actions, and walk to it." It is recommended for those coming to the Friday prayer to perform Ghusl taking bath before they come. It is collected in the Two Sahihs that `Abdullah bin `Umar said that Allah's Messenger said,إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمُ الْجُمُعَةَ فَلْيَغْتَسِلْ»When one of you comes to the Friday prayer, then let him perform bath. The Two Sahihs recorded that Abu Sa`id said that the Messenger of Allah said,غُسْلُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلى كُلِّ مُحْتَلِمٍ»Ghusl on the day of Jumu`ah is Wajib required from every Muhtalim. Abu Hurayrah narrated that Allah's Messenger said,حَقٌّ لله عَلى كُلِّ مُسْلِمٍ أَنْ يَغْتَسِلَ فِي كُلِّ سَبْعَةِ أَيَّامٍ، يَغْسِلُ رَأْسَهُ وَجَسَدَهُ»It is Allah's right on every Muslim to bathe during every seven days, by washing his head and body. Muslim collected this Hadith. Jabir narrated that Allah's Messenger said,عَلى كُلِّ رَجُلٍ مُسْلِمٍ فِي كُلِّ سَبْعَةِ أَيَّامٍ غُسْلُ يَوْمٍ وَهُوَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ»Within every seven days, every Muslim man has the obligation to perform Ghusl at least one day, the day of Jumu`ah. Ahmad, An-Nasa'i and Ibn Hibban collected this of Jumu`ahImam Ahmad recorded that `Aws bin `Aws Ath-Thaqafi said that he heard Allah's Messenger say,مَنْ غَسَّلَ وَاغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ، وَدَنَا مِنَ الْإِمَامِ وَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ، كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ أَجْرُ سَنَةٍ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا»Whoever performs Ghusl well on the day of Jumu`ah, leaves early, walking not riding, and sits close to the Imam and listens without talking, will earn the reward of fasting and performing standing in prayer for an entire year for every step he takes. This Hadith has various chains of narration, the compilers of the Four Sunan collected it, and At-Tirmidhi graded it Hasan. The Two Sahihs also recorded that Abu Hurayrah said that the Messenger of Allah said,مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْأُولَى فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً، فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَضَرَتِ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ»Any person who takes a bath on Friday like the bath for sexual impurity and then goes for the prayer in the first hour, it is as if he had sacrificed a camel. Whoever goes in the second hour, it is as if he had sacrificed a cow. Whoever goes in the third hour, then it is as if he had sacrificed a horned ram. If one goes in the fourth hour, then it is as if he had sacrificed a hen. Whoever goes in the fifth hour, then it is as if he had offered an egg. When the Imam appears, the angels present themselves to listen to Allah's remembrance. It is recommended that one cleans his body, performs Ghusl, wears his best clothes, applies perfume and uses Siwak tooth stick for Jumu`ah. We mentioned that Abu Sa`id narrated that the Messenger of Allah said,غُسْلُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلى كُلِّ مُحْتَلِمٍ وَالسِّوَاكُ وَأَنْ يَمَسَّ مِنْ طِيبِ أَهْلِهِ»Ghusl on the day of Jumu`ah is Wajib required from every Muhtalim and also using Siwak and applying some of his household's perfume. Imam Ahmad recorded that Abu Ayyub Al-Ansari said that he heard the Messenger of Allah say, wمَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَمَسَّ مِنْ طِيبِ أَهْلِهِ إِنْ كَانَ عِنْدَهُ وَلَبِسَ مِنْ أَحْسَنِ ثِيَابِهِ ثُمَّ خَرَجَ حَتْى يَأْتِيَ الْمَسْجِدَ فَيَرْكَعَ إِنْ بَدَا لَهُ وَلَمْ يُؤْذِ أَحَدًا، ثُمَّ أَنْصَتَ إِذَا خَرَجَ إِمَامُهُ حَتْى يُصَلِّيَ كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى»Whoever performs Ghusl on Friday and applies perfume, if he has any, wears his best clothes, then goes to the Masjid and performs voluntary prayer, if he wishes, does not bother anyone, listens when the Imam appears until he starts the prayer. Then all of this will be an expiation for whatever occurs between that Friday and the next Friday. Abu Dawud and Ibn Majah recorded in their Sunans that `Abdullah bin Salam said that he heard the Messenger of Allah say, while on the Minbarمَا عَلَى أَحَدِكُمْ لَوِ اشْتَرَى ثَوْبَيْنِ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ سِوَى ثَوْبَيْ مِهْنَتِهِ»What harm would it cause if one of you bought two garments for the day of Jumu`ah, other than the garment he wears daily `A'ishah said that during a speech he gave on a Friday when he saw people wearing Nimar garments, the Messenger of Allah said,مَا عَلَى أَحَدِكُمْ إِنْ وَجَدَ سَعَةً أَنْ يَتَّخِذَ ثَوْبَيْنِ لِجُمُعَتِهِ سِوَى ثَوْبَيْ مِهْنَتِهِ»When one of you has wealth, he should keep two garments for Friday, other than the two garments he has for his daily wear. Ibn Majah collected this Meaning of the Call in the Ayah is the Adhan that precedes the KhutbahAllah said,إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِWhen the call is proclaimed for the Salah on Friday, referring to the Adhan which was called, during the time of the Prophet , when he came out of his house and sat on the Minbar. The Adhan would be called before the Prophet near the door of the Masjid. As for the earlier Adhan that the Leader of the faithful, `Uthman bin Affan added, it was done because the Muslims increased in number during his time. Al-Bukhari recorded that As-Sa'ib bin Yazid said, "In the lifetime of the Prophet , Abu Bakr and `Umar, the Adhan for the Friday prayer was pronounced while the Imam sat on the pulpit. But during `Uthman's later time when the Muslims increased in number, an additional call was pronouced upon Az-Zawra', meaning the Adhan was called upon the house which was called Az-Zawra"' Az-Zawra' was the tallest house in Al-Madinah near the buying and selling after the Call on Friday, and the Exhortation to seek Provisions after itAllah said,وَذَرُواْ الْبَيْعَand leave off business. means, hastening to the remembrance of Allah and abandoning business, when the call to the Friday prayer is made. Therefore, the scholars of Islam agree, it is prohibited for Muslims to engage in business transactions after the second Adhan. Allah's statement,ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَThat is better for you if you did but know! means, `your abandoning buying and selling, and instead, corcentrating your attention to Allah's remembrance and the prayer are better for you in this life and the Hereafter, if you but knew.' Allah's statement,فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَوةُThen when the Salah is complete, means, when the Friday prayer is finished,فَانتَشِرُواْ فِى الاٌّرْضِ وَابْتَغُواْ مِن فَضْلِ اللَّهِyou may disperse through the land, and seek the bounty of Allah, After Allah forbade Muslims from working after hearing the Adhan and ordered them to gather for the Friday prayer, He allowed them to spread throughout the earth and seek bounty after the prayer is finished. Ibn Abi Hatim recorded that when the Friday prayer finished, `Irak bin Malik would stand by the gate of the Masjid and invoke Allah, saying, "O Allah! I have accepted and complied with Your Call, performed the prayer You ordered and dispersed as You ordered me. Therefore, grant me of Your favor and You are the best of those who grant provisions." Allah's statement,وَاذْكُرُواْ اللَّهَ كَثِيراً لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَand remember Allah much, that you may be successful. means, while you are buying and selling, giving and taking, remember Allah much and do not let this life busy you from what benefits you in the Hereafter. There is a Hadith that states,مَنْ دَخَلَ سُوقًا مِنَ الْأَسْوَاقِ فَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، كَتَبَ اللهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ»Whoever enters a marketplace and says, "La ilaha illallah, He is alone without partners, His is the sovreignty and His is the praise, and He is Able to do all things." Then Allah will record a thousand-thousand a million good deeds for him and will erase a thousand-thousand evil deeds. Mujahid said, "A servant of Allah will not be among those who remember Allah often, until he does so while standing, sitting and lying down."
. 152 408 57 117 82 193 28 3
tafsir surat al jumu ah